Rabu, 18 Februari 2009

Mimpi Kota Langsa

Sebagaimana yang pernah di sampaikan oleh bapak Winale, untuk merubah kota Langsa tidak perlu waktu lama, tentu ada syaratnya. Saya sendiri sangat optimis kota Langsa dapat segera bangkit dan menjadi Intan di antara tumpukan pasir. Namun hemat saya, sekurang-kurangnya di perlukan waktu 10 tahun untuk membenahi kota Langsa.

5 tahun pertama
Lima tahun pertama adalah masa untuk mengevaluasi, menganalisa, menseleksi dan menata kembali kota Langsa. Lima tahun pertama juga merupakan masa transisi. Pada masa inilah peletakan pondasi dasar kota Langsa yang maju, makmur dan sejahtera di buat.

5 tahun kedua
Setelah proses pembuatan pondasi dan transisi terlewati, saatnya memasuki masa pemantapan, monitoring, pendampingan dan pembuatan sistem yang akan menentukan masa depan kota Langsa seterusnya. Kedepannya, siapapun yang menjadi kepala daerahnya tidak masalah, karena sudah ada sebuah sistem yang berfungsi sebagai line sebagai panduan.

Penguatan Trade Mark
Posisi kota Langsa yang berada di dekat perbatasan Aceh dan Sumatra Utara memberikan nilai lebih tersendiri. Keterbatan luas wilayah dan sumberdaya alam juga bukan halangan untuk mengantarkan kota Langsa untuk maju. Saya mengusulkan kota Langsa menjadi kota Pendidikan dan Jasa. Salah satu faktor yang akan mendongkrak kemajuan adalah dengan adanya nilai lebih. Nah nilai lebih yang agaknya pas untuk kota Langsa adalah sebagai kota Pendidikan dan Jasa itu. Dengan penataan lokasi yang apik serta didukung peningkatan kualitas sdm pendidikan, kota Langsa bisa di desain menjadi kota Tujuan menuntut ilmu. Kota Jasa? Pelabuhan Kuala Langsa yang saat ini sedang bergeliat membangun merupakan modal besar untuk mendukung Langsa sebagai kota Jasa. Lihatlah singapura yang wilayahnya kecil dan tidak banyak industri, tapi bisa menjadi salah satu pusat transaksi perdagangan dunia. Saya yakin kota Langsa juga bisa demikian walau mungkin belum sampai seperti Singapura. Pernahkah kita perhatian pergerakan uang dan manusia di aceh mulai hari jum'at sore hingga hari minggu? Berbondong-bondong orang dari Aceh ke Medan, dengan berbagai kepentingan tentunya. Namun bagi saya ini merupakan sebuah ironi. Orang mencari uang di Aceh dan membuangnya di Medan. Tidak bisakah kita buat sebuah desain agar ada uangnya yang singgah di kota Langsa?

Pembenahan Pusat Belanja
Pertokoan yang berdiri seenaknya dan penataan pasar yang gak pernah selesai sudah menjadi topik rutin di media massa maupun kedai kopi. Hemat saya, Pertokoan di Jl. T. Umar dapat di tata sedemikian rupi menyerupai pusat belanja di kota-kota besar. Saya berharap tidak akan pernah ada Mall yang berdiri di kota Langsa. Yang perlu dilakukan untuk membuat kota Langsa sebagai tempat belanja yang nyaman adalah menatata ulang pusat belanjanya. Seperti yang saya kemukakan di awal paragraf ini, Pertokoan di Jl. T. Umar di tata ulang dengan memberikan canopi yang menghubungkan deretan toko sebelah utara dan selatan, sehingga sepanjang jalan T. Umar akan teduh. Pembatas jalannya di bongkar dan di gantikan dengan menata gerobak PKL (yang selama ini berada di sekitar pasar) dengan sentuhan seni serta arsitektur yang apik. Niscaya suasana Mall pun akan bisa kita ciptakan tanpa harus mengeliminir PKL dan hanya menguntungkan pemilik modal. Kemudian otomatis jalan T. Umar bebas dari lalu lintas kendaraan, murni untuk penjalan kaki yang ingin berbelanja dan menikmati suasana santai. Ini juga bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri. Bagaimana dengan yang bawa kendaraan? Dibuat kantong-kantong parkir, bisa di sepanjang pertokoan belakang atau di tempat lain yang kondusif. Perparkiran juga perlu di kelola dengan profesional sehingga tidak terjadi kebocoran dan sepenuhnya dapat menjadi bagian dari PAD.

Bagaimana dengan penanganan pengangguran dan kemiskinan? Kita lanjutan pada tulisan yang lain lah.



Rizal
Bugis Village-Singapura

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial